FADE IN
EXT-JALAN RAYA-TROTOAR-MALAM
Lima Ratus meter dari tempat lokalisasi, berderet tukang pijat yang mangkal di sepanjang trotoar. Tampak kelompok-kelompok payung mendominasi suasana trotoar. Benda-benda itu digunakan untuk melindungi pengguna jasa pijit. Kebanyakan pemijit perempuan. Hanya terdapat satu orang lelaki tua yang bersila menghadap jalan beralaskan tikar, tidak menggunakan payung. Di tempat pemijat wanita biasa terdapat kasur lepet dan bantal alakadarnya serta berbagai minyak urut.
Tampak seorang perempuan sedang membenahi tempatnya. Satu persatu payung besarnya ia buka. Pada ujung pegangang payung diikatkan pastik yang berisi batu-batu. Ia menoleh ke samping kiri dan kanan. Ia sedikit lega karena tampak belum satu pun mereka menerima tamunya.
Ia segera merias wajahnya. Tak lama kemudian datang seorang pria. Lima belas menit berlangsung pemijitan berselang obrolan ringan di antara mereka. Pria itu tidur telungkup. Sedikit ujung kakinya menyembul ke luar dari payung penghalang.
PEMIJAT
Biasa ngamar sekitar sini ya? Kok aku baru liat Mas kemari ya?
PRIA
Nggak juga. Di sana disediain juga pemijat. Cuma mahal.
PEMIJAT
La.. iya. Mas langganan sini aja.Aku kan nerima pijat plus juga.
PRIA
Bisa. Tapi kalau kebetulan lewat aja kalau mau ke timur. Kadang bisa tiap minggu pergi atau setaun penuh malah gak ke sana.
PEMIJAT
Bisnis ya, Mas?
PRIA
Nggak juga. Cuma...
PEMIJAT
Wah... atau jangan-jangan punya istri lain ya di sana.
PRIA
(tertawa)
Istriku di mana-mana.
PEMIJAT
Hebat
PRIA
Iya dong.
PREMIJAT
Mending poligami. Laa suamiku, cuma istri aku satu-satunya, weh... galake minta ampun.
PRIA
Emang galaknya kenapa?
PEMIJAT
Aku jadi isin ceritanya.
PRIA
Ya udah.
PEMIJAT
Mas suka bikin istri-istri Mas nangis enggak?
PRIA
(menggoda)
Emang kenapa. Aku gak mau jawab ah, malu.
PEMIJAT
Weh ikut-ikutan. Gimana?
PRIA
Ada juga sih yang suka nangis. Tapi nangis bahagia. Kalo udah selesai gituan, dia pasti nangis. Tapi nangisnya romantis banget. Nggak teriak-teriak, tapi pelan sekali. Kadang nangisnya dibisikin ke telingaku.
PEMIJAT
Itu sih bagus. Maksudku nyakitin sampe nangis gitu lho, Mas!
PRIA
Ya enggak. Istri kan untuk di sayang.
PEMIJAT
Istr-istri mas kayaknya beruntung. La aku... kalau aku... nangis sih enggak, ditahan aja. Tapi seluruh badanku sakit.
PRIA
Susah juga sih. Emang tukang pijit nggak pernah dipijit?
PEMIJAT
Kok dipijit?!! Bukan nangis karena pegal-pegal. Kalo itu sih ndak masalah he.
PRIA
Emang kenapa? Yang isin itu tadi? Apa sih?
PEMIJAT
Iya. Suamiku kasar sekali. Aku harus dipukuli dulu , baru dia bisa nafsu sama aku.
PRIA
(tertawa)
Kasian baget.
PEMIJAT
Terus giliran aku harus mukul-mukul dan nyakar-nyakar dia.
PRIA
Kenapa gak minta cerai aja?
PEMIJAT
Gak berani, Mas. Aku biar gini aja daripada resikonya aku bisa dibunuh lho, Mas!
PRIA
Iya juga sih.
PEMIJAT
Eh, tadi kan Mas bilang banyak istri, kok masih ngamar-ngamar juga? Apa masih kurang?
PRIA
Ngamar ya sesekali aja.
PEMIJAT
Oh... kirain maniak. (lama diam)
PRIA
Kok diam. Melamun ya?
PEMIJAT
Enggak kok. Aku cuma mikir. Sama nangisnya tapi beda rasa dan penyebabnya. Aku seumur-umur belum pernah merasakan nangis bahagia itu kayak apa, Mas.
PRIA
Ah, masa. Kan banyak sekali kejadian yang bisa bikin kita nangis bahagia. Contohnya nangis bahagia karena punya bayi, ketemu sodara yang lama nggak ketemu, atau yang lainnya.
PEMIJAT
Mas mulai tahu kesedihanku,ya. Aku seumur-umur perkawinanku ini, belum juga punya anak.
PRIA
Kalau begitu, gak dari punya bayi saja.
PEMIJAT
Aduh susah nginget-ngingetnya. Tapi perasaan bener lho Mas, belum pernah. Kerja gini aja udah sangat untung bagi aku. Bukan duitnya, tapi setidaknya aku baru pulang larut malam sekali. Itu yang paling aman biar aku gak diganggu. Dia juga nggak bisa ngelarang karena kehidupan kami itu morat-marit banget.
PRIA
Nah itu kan bisa juga jadi nangis bahagia. Kamu kerja dan kamu selamat dari suamimu.
PEMIJAT
Ah, gak gitu.
PRIA
Siang digituinnya?
PEMIJAT
Nggak juga. Siang, aku biasa bantu-bantu tetangga nyuci. Tapi sesekali saja ia nyusul aku.
PRIA
Suamimu ngapain aja selain nyiksa kamu?
PEMIJAT
Gak karu-karuan. Cuma cerita aja rencana ini rencana itu. Hasilnya gak ada. Mau bikin ini bikin itu. Ah menderita aku, Mas!(diam)
PEMIJAT (CONT’D)
Kapan aku bisa nangis bahagia, ya?
PRIA
Kok itu terus yang dipikirin.
PEMIJAT
Aku penasaran aja. Aku gak habis pikir tentang itu. Kadang aku seperti mikir juga, jangan-jangan pas aku lahir, banyak bayi pasti nangis ya kan Mas pas lahir, aku mungkin saat itu termasuk bayi yang gak nangis. Makanya seperti sekarang ini. Kalaupun saat itu aku nangis juga, pasti nangisnya karena sedih bukan bahagia.
PRIA
Lho kok jadi lari ke bayi nangis segala?
PEMIJAT
La iya. Memang kenyataannya gitu kok. Mas apa bisa bantu aku?
PRIA
Bantu apa?
PEMIJAT
La... katanya bisa bikin orang nangis bahagia.
PRIA
Tapi... masa iya aku...
PEMIJAT
La.. aku aja mau mijitin banyak orang, biar orang bisa seneng walau aku sendiri jauh dari perasaan itu.
PRIA
Tapi aku kan bayar kamu.
PEMIJAT
Oh gitu... apa aku gak bisa bayar, Mas? Mau dibayar berapa?
PRIA
Lho kok?
PEMIJAT
Ayo dong, Mas. Mas gratis deh untuk pijat ini.
PRIA
Aduh... aku gak bisa ngejanjiin kamu bisa nangis. Lagian kenapa harus aku? Biasa terima pijat plus kan? Aku juga mau pijat plus, tapi...
PEMIJAT
Iya. Tapi yang aku terima selama ini... cuma sebatas nikmat sebentar, seterusnya biasa aja. Apalagi kalau sudah ngantuk.
PRIA
Aku juga mungkin seperti itu.
PEMIJAT
Enggak. Aku yakin. Ayo dong, Mas. Aku mau nangis bahagia.
Pria itu akhirnya tidak berkutik. Mereka kemudian perlahan bersembunyi di balik empat payung penutupnya. Sesekali terdengar suara rintihan.
JUMP-CUT TO:
PRIA
(berbisik)
Gimana?
PEMIJAT
(berbisik)
Lumayan nikmat. Tapi kok aku belum bisa nangis? Malah aku pengen pipis.
PRIA
Tapi tetep gratis kan. Dan mana uang untukku?
PEMIJAT
Tenang. Asal Mas bisa buat aku nangis bahagia, biar sampai subuh juga, aku pasti kasih lebih.
PRIA
Aku bisikin kamu(diam lama). Surga itu jangan pernah hilang dari kamu karena aku akan mulai menempatinya.
PEMIJAT
Maksud, Mas?
PRIA
Aku mau sekali gauli kamu tiap hari. Tidak di mana-mana, tapi di rumah. Kita nikah biar aku bisa terus berbisik untuk kamu.
PEMIJAT
(tidak percaya)
Kok semudah itu sih, Mas?
PRIA
Mau?
PEMIJAT
Tapi ...
PRIA
Ya sudah.
Perlahan wanita itu menundukkan kepalanya. Saat lelaki itu berbisik lagi kepadanya, ia pun perlahan mengangkat kepalanya. Tampak satu tetes air mata telah jatuh di pipinya. Ia tersenyum. Sesaat ia merogoh BH-nya.
PEMIJAT
(menyerahkan kepada pria)
Seumur hidup aku, ini yang pertama kali. Aku bahagia. Jika kurang, maafkan aku.
FADE OUT
THE END
Candran Jogjakarta, 2004-07-29
12.52 WIB
A.Y. Hudayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar