SABENGBATAN

"sabengbatan", duduk manis dan simak dengan hati. semoga ditemukan ruang-ruang indahnya....

Jumat, 24 Desember 2010

CERMIN (skenario film pendek)






C E R M I N

 Skenario Film Pendek


 


Karya:
A.Y. Hudayat




 

Bandung
2005


-------------------------------------------------------------------------------------------------------



TEASER

FADE IN

INT-KAMAR-MALAM

Seorang nenek dengan kerut-kerut di wajahnya penuh hidmat mengamati, memeriksa kembali benda-benda (pensil,cermin,buku,tasbe, dll.). Satu persatu benda itu disentuh dengan hati-hati. Ia berkomat-kamit; sesekali ia lemparkan kemenyan; pedupaan sedikit menyala dan seketika asap mengepul.

NENEK
(menghadapkan foto berbingkai cucunya ke benda-benda yang telah dimantrainya)

Dalam ketidaktahuanmu
Dalam kekosonganmu
Cara kami mengetahuimu
Di kemudian hari

Bagian hidupmu
Dari benda-benda ini
Salah satunya
Adalah berita tersesar bagi kami
FADE OUT

FADE IN


INT-GANG KAMAR-SIANG

Seorang ibu bergegas keluar kamar anaknya. Ia menggendong anak kecil itu dengan suka cita. Suami, orang tua dan mertuanya mengiringinya.


INT-RUANG KELUARGA-SIANG

Langkah kecil tertatih-tatih. Anak itu pelahan menginjak susunan/barisan ulen. Sang nenek dengan penuh kasih sayang memapahnya. Sesaat menuntaskan injakan terakhirnya, ia segera memangku cucunya. Memperlihatkan ke hadirin dengan penuh rasa bangga.

NENEK
Sengaja kami sederhanakan. Inti dari semua acara ini sebenarnya yang ingin kami jalankan dengan penuh hidmat.
Cucu kami tercinta “……”, ada masa depan untuknya. Doa sepenuh hati dari hadirin, itu yang paling utama.

NENEK (CONT’D)
Sayang …. Jika usia nenek masih panjang, maka satu-satunya harapan terbesar nenek…. Nenek masih mampu melihatmu nanti dengan cita-cita terbesarmu, dan kamu menikmatinya.


CUT TO

EXT-HALAMAN DEPAN-SIANG

Sebuah kurungan ayam tampak berada di tengah-tengah teras depan rumah. Hadirin menyaksikan dengan seksama dan turut bangga.
CUT TO

INT-KAMAR-SIANG

Mertua dengan hati-hati membawa baki berisi benda-benda yang telah dimantrai sang nenek. Ia masuk ke pelataran depan. Si nenek menyerahkan cucunya ke ibunya. Ia segera menerima baki tersebut. Ia tatap dengan penuh harapan. Sesaat menoleh kepada cucu dan anaknya. Perlahan ia masukkan baki itu ke dalam kurungan. Ia rapikan alas di dalamnya.
Hadirin menyaksikan dengan penuh harapan. Anak itu pun dengan penuh hati-hati dimasukkan ke dalam kurungan. Beberapa saat semuanya terdiam. Anak dalam kurungan menatap celingukan. Sesekali pandangannya berganti dari benda-benda di hadapannya ke orang-orang di sekelilingnya.
Lama mereka menunggu perkembangan selanjutnya. Semua terkejut saat melihat baki itu ditumpahkan oleh bocah itu.

NENEK
(sangat gugup)
Maaf… ini semua di luar rencana kami. Tetapi selalu ada harapan. Masih banyak benda yang belum kami sertakan. Dan tentunya pasti ada satu benda yang cucuku sangat inginkan.

Bocah menangis dalam gendongan neneknya. Kekhawatiran semakin memuncak. Ia berjalan cepat membawa cucunya masuk kamar. Suasana senyap. Di dalam gelap. Ia menenangkan cucunya dalam pangkuannya. Kerut dahinya begitu jelas membaur antara harapan dan kekhawatirannya.

FADE OUT

FADE IN
25 tahun kemudian

INT-KAMAR SEL-MALAM

Seorang pemuda dengan mata merah sedihnya menumpukan tubuhnya pada kurungan besi. Tangannya memegang kuat-kuat besi itu.


PEMUDA
(sedih)
Jangan tanyakan mengapa aku berada di tempat ini. Ini berhubungan dengan kekhawatiran mereka tentang masa depanku. Jika saja sudah ditambatkan sebuah pikiran dan pilihan dengan kesadaran ketika aku masih sangat kecil, maka tak akan kupilih satu pun dari semua yang ditawarkan kepadaku; tidak aku raih semuanya.
Aku sebenarnya bisa memegang atau mengambil bagian dari seluruh benda yang mungkin paling mudah aku jangkau. Tetapi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan benda-benda itu.
Mereka sesungguhnya adalah benda-benda itu. Aku dipaksa menjangkau ambisinya. Aku dibesarkan dengan harapan dan kekhawatiran mereka.
Aku dilumpuhkan oleh mereka.
Ini prosesi kurungan ketiga kalinya. Mereka masih menaruh harapan untuk masa depanku di dua pertiga hidupku yang mungkin mampu aku jalani.
Sebenarnya…. Kurungan ini hanya sebagai penegas dari ambisi mereka.
Aku harus terus memilih tanpa diberi kesempatan untuk aku mengatakannya.

MONTAGESCENE

FADE IN

INT-KAMAR-MALAM

Baki berganti baki lainnya yang berisi benda-benda lain pula. Sapaan dan elusan menjadi sebuah rutinitas tak bermakna dan basi. Dan pada akhirnya, di suatu malam…

NENEK
Ini ujung pengharapan kami
Beri kami kepastian
Beri kemantapan hati
Dua pertiga hidupnya ke depan
Haruskan masih dalam Kekhawatiran kami
FADE OUT

FADE IN
INT-KURUNGAN-MALAM

NENEK
Menatap dalam dan lama kepada pemuda yang berada dalam kurungan. Tatapan pemuda itu sudah lama kosong.

Nenek tidak cukup banyak waktu untuk ini semua.
FADE OUT

FADE IN

INT-KURUNGAN-MALAM
(dua hari kemudian)
Pemuda dalam kurungan perlahan menyentuh sebuah cermin kotak. Ia pandangi cermin itu. Wajahnya terpantul. Kesedihan kian menjadi. Keputusan hampir tiba. Prak… cermin itu pecah dalam genggaman. Serpihannya ia pungut satu. Perlahan sekali ia permainkan serpihan itu. Darah segar mengalir semakin banyak ke luar kurungan.
CUT TO

FADE IN
INT-KAMAR-MALAM

NENEK
(asyik menyusun benda pengganti dalam baki)
Aku hanya memberi jalan saja untuk dua pertiga hidupnya. Mungkin besok ia akan mulai tertarik kepada benda-benda ini. Oh…cucuku, kalau kamu tidak mau mengambilnya, cukup sentuh saja, sentuh saja…. Kemudian nenek akan tahu semuanya tentang hidupmu ke depan.

Nenek itu menguap dan segera merebahkan diri pada kursi goyangnya.
FADE OUT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar